By.Achmad Reza Fahlevi———- Ibadah silaturahmi adalah amalaiyah yang melahirkan ukhuwah islamiyah dan kerezekian yang halal dari sisi Allah swt.Manusia yang hatinya ingin mengamalkan ini harus di dasarkan karena Allah swt,untuk melahirkan nilai keikhlasan dari silaturahminya,karena banyak manusia silaturahmi di lakukan karena di dasarkan kepada kepentingan-kepentingan tertentu (jabatan,pekerjaan,bisnis,relasi,dsb…).Jarang sekali kita lihat silaturahmi di lakukan di kolong-kolong jembatan,di panti asuhan,di gubuk-gubuk reot,dan di tempat-tempat sosial lainnya.Hal ini sama saja orang yang tidak berduli dengan nilai-nilai silaturahmi itu sendiri.Manusia yang kurang,tidak suka,benci,tidak pernah silaturahmi,maka akan melahirkan manusia-manusia angkuh,masa bodo,emang gue pikirin,tidak pernah bertetangga,tidak pernah takziyah,dsb.Manusia semacam ini pada akhirnya tidak akan diperdulikan oleh manusia lainnya.
Manusia fasiq,adalah manusia perusak terhadap tatanan nilai beragama.Manusia fasiq ini menimbulkan kegelisahan terhadap manusia lainnya,dia senang melihat orang lain susah,dia suka melihat orang lain gelisah,dia gemar melakukan aksi provokator.Manusia lainnya akan senang kalo orang semacam ini mati,orang ini mati tidak akan meninggalkan kesedihan pada manusia lainnya,karena orang fasik ini adalah sampah masyarakat .
Manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya.Manusia di katakan bermanfaat buat manusia lainnya adalah ketika dalam hidupnya ,manusia ini menebarkan kebaikan,mensinari pergaulannya dengan akhlaku karimah,dia tidak pernah marah kalau di hina orang,hidupnya selalu di butuhkan orang dan akan memberikan apapun yang bernilai ibadah untuk kehidupan bermasyarakat.Manusia semacam ini akan di sayang oleh Penduduk langit,yaitu para malaikatnya Allah swt.”Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya”.Orang bermanfaat laksana bintang, matahari dan hujan yang memberikan manfaat kepada orang lain.Orang rindu terhadap manusia ini.Kalau orang ini tiada,sungguh orang-orang akan merasa kehilangan dia.
“Khoirunnas anfa’uhum linnas”.
“Khoirunnas anfa’uhum linnas”.